Sejarah Masjid Sultan Hasan – Kairo, Mesir | Bangunan Islam Arsitektur Megah.
Masjid ini terletak di bundaran Sholahuddin berhadapan dengan Bab Al ‘Izb, belakang benteng Shalahuddin. Masjid yang dahulunya merangkap sebahai madrasah ini adalah masjid yang paling megah dan besar di Mesir, paling tinggi bangunannya, paling indah bentuk dan modelnya. Jikalau mesir pada zaman Fira’un boleh bangga dengan piramidnya, maka Mesir pada era Islam berbangga dan ta’ajjub dengan Masjid Sultan Hasan.
Pendiri
Pendiri madrasah ini adalah Sultan Nasir Hasan Bin Sultan Nasir Muhammad Bin Sultan Qalawun. Beliau dilahirkan pada tahun 730 H/135 M. Pada mulanya, beliau bernama Qommari. Kemudian dirobah menjadi Nasir Muhammad tatkala beliau duduk diatas singgasana kerajaan. Umurnya ketika itu baru 13 Tahun. Ia adalah ketua konsultan di Daulah Mamalik dan pengurus gubernur-gubernurnya.
Akan tetapi beliau ditangkap dan dimasukkan penjara pada tahun 752 H/1352 M. Setelah tiga tahun beliau bebas dan menduduki lagi singgasana kerajaan di tahun 755 H/1354 M. Beliau masih berada di kerajaan sampai beliau menghilang entah kemana. Sampai sekarang riwayat beliau tidak diketahui secara pasti dimana jenazahnya dikebumikan dan dimana kuburannya. Waktu itu beliau menghilang pada tahun 762 H/1361 M. barangkalli suasana pergolakan politik ketika itu antara gubernur-gubernur Mamalik menuntut beliau untuk menghilang dari kerajaan dan urusan kemesiran.
Raja Nasir Hasan memerintah untuk membangun madrasah ini pada tahun 747 H/1356 M. beliaulah yang memilih lokasi ini setelah merobohkan bangunan lama yang berada diatasnya. Beliau berkeinginan untuk menjadikan masjid dan madrasah ini sebagai tempat pengajaran Fiqih empat madzab.
Pembangunan madrasah berlangsung selama 3 tahun tanpa henti sampai pada akhirnya Sultan Hasan mendirikan upacara pembukaaan masjid dan mendirikan sholat Jum’ah untuk pertama kalinya dan memberikan upahi kepada para pembangun dan arsitekturnya. Kegiatan belajar mengajar pun dilangsukan selama hayatnya. Dipilihlah para pekerja masjid dan para qori, dihamparkan pula karpet, digantungkan diatasnya lampu-lampu yang indah dan dipilih juga seorang imam masjid.
Namun pembangunan madrasah belum rampung dibawah pengawasan Gubernurnya Thowasy Basyir al Jamdar sampai menghilangnya Sultan Hasan tahun 762 H/1361 M.
Pembangunan dibawah pengawasan gubernur Thowasy basyir al jamdar adalah qubah besar yang terletak di belakang dinding qiblah di Madrasah dengan termaktub tanggal penyelesaiannya tahun 764 H/1363 M, penutup batu pualam di pintu-pintu madrasah sepanjang bagian tengah masjid yang terbuka ( Sohn ) dengan termaktub tanggal penyelesaiannya tahun 764 H/1363 M. Telah rampung pula qubah tempat air mancur/kran yang terdapat ditengah-tengah bagian tengah masjid yang terbuka ( Sohn ). Qubah ini terbuat dari kayu ditopang oleh delapan tiang batu pualam dengan termaktub tanggal penyelesaiannya pada tahun 766 H/1375 M.
Ciri Masjid
Madrasah dan masjid ini memiliki ukuran yang sangat luas sekali hampir mencapai 7906 meter persegi. Berbentuk persegi panjang melengkung.
Pintu masuk utama terletak di ujung barat berhadapan dengan arah selatan. tingginya mencapai 37,70 Msisi-sisi pintu utama ini dihiasi dengan aneka ragam ornamen yang membentang ke atas. Kebanyakan masih belum sempurna sampai sekarang. Pintu utama ini dilapisi oleh batu marmer termaktub diatasnya dengan Khot Kufi bermotif bunga firman Allah ta’ala :
إنا فتحنا لك فتحا مبينا ليغفرلك الله
Diatasnya lagi terdapat dua persegi termaktub pada salah satu dari keduanya dengan khot Kufi persegi empat (( لا إله إلا الله )), satunya lagi tertulis nama-nama Khulafaurrosyidin ( أبو بكر. عمر . عثمان . علي )
Denah madrasah ini sama dengan model bangunan pada Daulah Mamalik yang mempunyai empat ruangan besar ( Hall ) bersudut tegak lurus ditengah-tengahi oleh sohn (bagian tengah masjid yang terbuka ) hingga pada akhirnya menjadi seperti bentuk salib. Ia terdiri dari Sohn (bagian tengah masjid yang terbuka ) luasnya sekitar 32×34,60 Meter persegi. Ditengan-tengahnya terdapat tempat wudhu yang tertutup oleh qubah kayu tertopang oleh 8 tiang dari batu pualam. Di empat sisi ruangan besar tersebut terdapat pintu yang tembus ke salah satu madrasah Fiqih Empat madzhab : yaitu Syafi’i, Maliky, Hanafi dan Hanbali. Madrasah yang paling besar adalah madrasah Hanafiyah. Sebab luasnya sekitar 898 meter persegi .
Pendiri madrasah ini adalah Sultan Nasir Hasan Bin Sultan Nasir Muhammad Bin Sultan Qalawun. Beliau dilahirkan pada tahun 730 H/135 M. Pada mulanya, beliau bernama Qommari. Kemudian dirobah menjadi Nasir Muhammad tatkala beliau duduk diatas singgasana kerajaan. Umurnya ketika itu baru 13 Tahun. Ia adalah ketua konsultan di Daulah Mamalik dan pengurus gubernur-gubernurnya.
Akan tetapi beliau ditangkap dan dimasukkan penjara pada tahun 752 H/1352 M. Setelah tiga tahun beliau bebas dan menduduki lagi singgasana kerajaan di tahun 755 H/1354 M. Beliau masih berada di kerajaan sampai beliau menghilang entah kemana. Sampai sekarang riwayat beliau tidak diketahui secara pasti dimana jenazahnya dikebumikan dan dimana kuburannya. Waktu itu beliau menghilang pada tahun 762 H/1361 M. barangkalli suasana pergolakan politik ketika itu antara gubernur-gubernur Mamalik menuntut beliau untuk menghilang dari kerajaan dan urusan kemesiran.
Raja Nasir Hasan memerintah untuk membangun madrasah ini pada tahun 747 H/1356 M. beliaulah yang memilih lokasi ini setelah merobohkan bangunan lama yang berada diatasnya. Beliau berkeinginan untuk menjadikan masjid dan madrasah ini sebagai tempat pengajaran Fiqih empat madzab.
Pembangunan madrasah berlangsung selama 3 tahun tanpa henti sampai pada akhirnya Sultan Hasan mendirikan upacara pembukaaan masjid dan mendirikan sholat Jum’ah untuk pertama kalinya dan memberikan upahi kepada para pembangun dan arsitekturnya. Kegiatan belajar mengajar pun dilangsukan selama hayatnya. Dipilihlah para pekerja masjid dan para qori, dihamparkan pula karpet, digantungkan diatasnya lampu-lampu yang indah dan dipilih juga seorang imam masjid.
Namun pembangunan madrasah belum rampung dibawah pengawasan Gubernurnya Thowasy Basyir al Jamdar sampai menghilangnya Sultan Hasan tahun 762 H/1361 M.
Pembangunan dibawah pengawasan gubernur Thowasy basyir al jamdar adalah qubah besar yang terletak di belakang dinding qiblah di Madrasah dengan termaktub tanggal penyelesaiannya tahun 764 H/1363 M, penutup batu pualam di pintu-pintu madrasah sepanjang bagian tengah masjid yang terbuka ( Sohn ) dengan termaktub tanggal penyelesaiannya tahun 764 H/1363 M. Telah rampung pula qubah tempat air mancur/kran yang terdapat ditengah-tengah bagian tengah masjid yang terbuka ( Sohn ). Qubah ini terbuat dari kayu ditopang oleh delapan tiang batu pualam dengan termaktub tanggal penyelesaiannya pada tahun 766 H/1375 M.
Ciri Masjid
Madrasah dan masjid ini memiliki ukuran yang sangat luas sekali hampir mencapai 7906 meter persegi. Berbentuk persegi panjang melengkung.
Pintu masuk utama terletak di ujung barat berhadapan dengan arah selatan. tingginya mencapai 37,70 Msisi-sisi pintu utama ini dihiasi dengan aneka ragam ornamen yang membentang ke atas. Kebanyakan masih belum sempurna sampai sekarang. Pintu utama ini dilapisi oleh batu marmer termaktub diatasnya dengan Khot Kufi bermotif bunga firman Allah ta’ala :
إنا فتحنا لك فتحا مبينا ليغفرلك الله
Diatasnya lagi terdapat dua persegi termaktub pada salah satu dari keduanya dengan khot Kufi persegi empat (( لا إله إلا الله )), satunya lagi tertulis nama-nama Khulafaurrosyidin ( أبو بكر. عمر . عثمان . علي )
Denah madrasah ini sama dengan model bangunan pada Daulah Mamalik yang mempunyai empat ruangan besar ( Hall ) bersudut tegak lurus ditengah-tengahi oleh sohn (bagian tengah masjid yang terbuka ) hingga pada akhirnya menjadi seperti bentuk salib. Ia terdiri dari Sohn (bagian tengah masjid yang terbuka ) luasnya sekitar 32×34,60 Meter persegi. Ditengan-tengahnya terdapat tempat wudhu yang tertutup oleh qubah kayu tertopang oleh 8 tiang dari batu pualam. Di empat sisi ruangan besar tersebut terdapat pintu yang tembus ke salah satu madrasah Fiqih Empat madzhab : yaitu Syafi’i, Maliky, Hanafi dan Hanbali. Madrasah yang paling besar adalah madrasah Hanafiyah. Sebab luasnya sekitar 898 meter persegi .
Beberapa ruangan besar tersebut memuat untaian tulisan yang mengelilingi sohn (bagian tengah masjid yang terbuka ) dan diakhiri dengan arsitektur tulisan ini yang mengontrol pembangunan Masjid Sultan Hasan. Dia adalah Muhammad Bin Bilik Al Muhsini. Orang yang pertama kali mendeteksi nama ini adalah Almarhum Hasan Abdul Wahhab tahun 1944 M.
Ruangan yang paling besar adalah ruangan sebelah timur. Dindingnya terlapisi oleh batu pualam dan batu mulia dikelilingi dari atas sebuah bingkai dari batu kapur termaktub diatasnya ayat-ayat dari surat Al Fath dengan model khot kufi bermotif bunga, atapnya melengkung 60 derajat. Lengkungan bangunan hall tersebut adalah yang paling besar se-Mesir.
Di dalam hall ini terdapat dikkah muballigh ( tempat yang dahulunya digunakan adzan dan iqamat ) terbuat dari batu pualam ditopang dengan 8 tiang. Demikian juga mimbar yang terletak di sebelah kanan mihrab. Mimbar ini terbuat dari batu pualam putih. Pintunya dari kayu dilapisi dengan tembaga dalam bentuk ornament yang beraneka ragam. Banyak sekali rusuknya tersusun dalam bentuk bintang. Di tengah-tengah dinding qiblat terdapat mihrab berceruk. Ia termasuk mihrab paling besar dan banyak terhiasi dengan ornament batu pualam yang berwarna-warni. Di sampingnya terdapat dua lempengan batu yang terpahat diatasnya tulisan :
(( جدد هذا المكان المبارك حسن أغا خزيندار الوزير إبراهيم باشا بيد الفقير محمد سنة 1082 هـ ))
Artinya :”Tempat yang berbarokah ini ini direnovasi oleh Hasan Agha Khazindar menteri Ibrahim Pasha oleh Al Faqir Muhammad tahun 1082 H ”
Mihrab ini terdapat dua pintu yang tembus ke qubah, terdapat di belakang mihrob. Mempunyai dua daun pintu terlapisi oleh tembaga yang tercampur oleh emas dan perak.
Adapun qubah belakang dinding qiblat bentuknya persegi empat tinggi rusuknya sekitar 21 m dan ketinggiannya hingga mencapai akhir qubah sekitar 48 m. Persegi empat qubah dihiasi dengan untaian ayat kursi dengan Khot Naskhi di cat diatas kayu dan diakhiri dengan tanggal penyelesaian qubah ini pada tahun 764 H/1363 M.
Ruangan yang paling besar adalah ruangan sebelah timur. Dindingnya terlapisi oleh batu pualam dan batu mulia dikelilingi dari atas sebuah bingkai dari batu kapur termaktub diatasnya ayat-ayat dari surat Al Fath dengan model khot kufi bermotif bunga, atapnya melengkung 60 derajat. Lengkungan bangunan hall tersebut adalah yang paling besar se-Mesir.
Di dalam hall ini terdapat dikkah muballigh ( tempat yang dahulunya digunakan adzan dan iqamat ) terbuat dari batu pualam ditopang dengan 8 tiang. Demikian juga mimbar yang terletak di sebelah kanan mihrab. Mimbar ini terbuat dari batu pualam putih. Pintunya dari kayu dilapisi dengan tembaga dalam bentuk ornament yang beraneka ragam. Banyak sekali rusuknya tersusun dalam bentuk bintang. Di tengah-tengah dinding qiblat terdapat mihrab berceruk. Ia termasuk mihrab paling besar dan banyak terhiasi dengan ornament batu pualam yang berwarna-warni. Di sampingnya terdapat dua lempengan batu yang terpahat diatasnya tulisan :
(( جدد هذا المكان المبارك حسن أغا خزيندار الوزير إبراهيم باشا بيد الفقير محمد سنة 1082 هـ ))
Artinya :”Tempat yang berbarokah ini ini direnovasi oleh Hasan Agha Khazindar menteri Ibrahim Pasha oleh Al Faqir Muhammad tahun 1082 H ”
Mihrab ini terdapat dua pintu yang tembus ke qubah, terdapat di belakang mihrob. Mempunyai dua daun pintu terlapisi oleh tembaga yang tercampur oleh emas dan perak.
Adapun qubah belakang dinding qiblat bentuknya persegi empat tinggi rusuknya sekitar 21 m dan ketinggiannya hingga mencapai akhir qubah sekitar 48 m. Persegi empat qubah dihiasi dengan untaian ayat kursi dengan Khot Naskhi di cat diatas kayu dan diakhiri dengan tanggal penyelesaian qubah ini pada tahun 764 H/1363 M.
Dahulu qubah asli ini terbuat dari kayu dan tertutupi dari luarnya semacam bentuk pena sama persis dengan Qubah Imam syafi’i dan masjid Beybers Adz Dhohiri dan qubah Qalawun. Sebagian besar jendelanya tertutupi oleh batu kapur dan phospat kaca berwarna yang telah d renovasi oleh Badan Urusan Penjagaan Peninggalan Sejarah Arab.
Kegiatan Masjid Masa Sekarang
Pada zaman modern ini, masjid Sultan Hasan masih tetap dijadikan sebagai tempat ibadah berupa sholat lima waktu, dan sholat Juma’t dan sebagai Khotib tetap masjid ini dahulunya syekh Ali Jum’ah, Mufti Mesir dan sekarang diganti dengan murid beliau Syekh Usamah Al Azhari. Dan setelah sholat jum’at biasanya terdapat pengajian tafsir Al Qur’an yang diisi oleh Syekh Ali Jum’ah. Disamping itu, masjid ini salah satu dari obyek kunjungan para turis mancanegara terlebih lagi presiden Obama yang sempat menginjakkan kaki kedalam masjid ini beberapa waktu yang silam dalam rangka pidato bersejarahnya yang pada waktu itu disampaikan di Universitas Cairo.
Artikel : Sejarah Masjid Sultan Hasan
Sumber : Wikipedia
1 komentar:
Ikutan nongkrong yuk , bisa nonbar bareng kawan n seru seruan bareng F4n588371n9 :)
1. Tinggalkan komentar Anda, Kritik dan Saran sangat diterima disini. No SPAM..!! OK sob..
2. Untuk Anda yang ingin reques mengenai berbagai sejarah, bisa tinggalkan komentar dibawah, kami akan rangkumkan selengkap mungkin dari berbagai sumber yang ada.
Terimakasih jangan lupa untuk share dan Selamat Membaca.